Sabtu, 15 September 2012

Diksi atau Pilihan Kata

Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau pilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi (Anonim2, 2010).
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan  digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Anonim2, 2010).
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
• Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
• kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
• menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut (Anonim3, 2010).

Jenis – Jenis Diksi

Diksi Dalam Tulisan
Secara ringkas, Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Agar usaha mendayagunakan teknik penceritaan yang menarik lewat pilihan kata maka diksi yang baik harus :
(1) tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan .
(2) mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
(3) menguasai sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu pula menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif (Anonim2, 2010).

Diksi Dalam Lisan
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu (Zaenal, 1988).
Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita (Anonim4, 2010).

Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan  misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif (Zaenal,1988).
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang tim¬bal sebagai akibat dari sikap social, sikap pribadi, clan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pitkul (Zaenal,1988).
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. la tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (deno¬tatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif (Zaenal,1988)..
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap (Zaenal,1988).
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu (Zaenal,1988).
Misalnya:
rumah          -        gedung, wisma, graha
penonton     -        pemirsa, pemerhati
dibuat          -        dirakit, disulap
sesuai          -        harmonik
tukang         -        ahli, juru
pembantu    -        asisten
pekerja        -        pegawai, karyawan
tengah         -        madia
bunting        -        hamil, mengandung
mati             -        meninggal, wafat
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus (Zaenal,1988).

Makna Kata Umum dan Kata Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikon tidak hanya mujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki, dan ikon mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan; derrdkian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas (Zaenal,1988).
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Ka¬ta bunga memiliki acuan yang lebih luas daripada mawar. Bungs bukan hanya mawar, melainkan juga ros, melati, dahlia, anggrek, dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti sejenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan sejenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum, se¬dangkan kata dahlia, cempaka, melati, atau ros memiliki acuan yang lebih khusus dan disebut kata khusus (Zaenal,1988).
Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan da¬lam pengacuan yang generik dan spesifik (Zaenal,1988). Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik) (Zaenal,1988).

Cara Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan (Zaenal,1988).
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya :
    Tata                Daya               Serba
tata buku       daya tahan       serba putih
tata bahasa    daya pukul       serba plastik
tata rias         daya tarik         serba kuat
tata cara        daya serap        serba tabu
  Hari               Tutup                Lepas
hari sial        tutup tahun       lepas tangan
hari jadi        tutup buku        lepas pantai
hari besar       tutup usia           lepas landas
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya :
bank                wisata
kredit               santai
valuta              nyeri   
televisi            candak kulak.
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu (Zaenal,1988).
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan sua¬tu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memer¬lukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan (Zaenal,1988).
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah di¬sesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan (Zaenal,1988).
Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam.   
1) Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah :
bank, opname, dan golf.
2) Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah :
subject              subjek,
apotheek           apotek,
standard            standar, dan
university          universitas.
3) Kita menerjemahkan isitilah-istilah asing ke dalam bahsa Indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini ialah :
starting point         titik tolak,
meet the press        jumpa pens,
up to date              mutakhir,
briefing                 taklimat, dan
hearing                  dengar pendapat.
4) Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golongan ini ialah :
de facto,
status quo,
cum laude, dan ad hoc.
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.
a) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya: nongkrong raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:   
ganyang        anjangsana
lugas             kelola
heboh            pamrih santai
b) Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
tunanetra        buta
tunarungu       tali
tunawicara      bisu
c) Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecua-h kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh:
konon             puspa
bayu               lepau
laskar             didaulat
Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tem¬patnya, saksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan (Zaenal,1988).
Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat di¬lihat :
a) Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu  tidak selalu dapat dipertukarkan. Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung.

b) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pema¬kaiannya. Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
- Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
- Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
- Masing-masing mengemukakan keberatannya.
- Para pemimpin negara APEC yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat oleh pengawal kepresidenan Indonesia.

c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Misalnya:
Bentuk yang Salah               
Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.           
Bentuk yang Benar
- Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
- Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang- barang seperti meja, buku, dan bangku.

d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara te¬pat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
- Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. (Salah)
- Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. (Benar)

e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata  sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
- Ia mencari sesuatu.
- Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri¬-seri.

f).Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arch.
Contoh:
- Ia mendapat tugas dari atasannya.
- Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh:
- Duduk lebih baik daripada berdiri.
- Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
(Chaer,1988)

Daftar Pustaka
Anonim1, 2010,
http://organisasi.org/definisi-pengertian-diksi-bahasa-indonesia.html
diakses tanggal 12 oktober 2010.

Anonim2 ,2010
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/10/pilihan-kata-bahasa
diakses tanggal 11 oktober 2010

Anonim3,2010
http://intl.feedfury.com/content/15241462-diksi-bahasa.html
diakses tanggal 10 Nopember 2010

Anonim4,2010
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/diksi-bahasa-indonesia/
diakses tanggal 10 Nopember 2010

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai.1988.Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.PT Mediyatma Sarana Perkasa.Jakarta

Chaer.1988.Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.PT Rineka Cipta.Jakarta

 

Komentar Facebook
Komentar Blogger

0 komentar: